BAB 7
Kompetensi Dasar 7
Mengidentivikasi
sebab-sebab Apologetika dan Prakti dan Praktik Apologetika
1. Identivikasi sebab-sebab
Apologetika Dari Ajaran
Berbahaya yang Menyerang Iman Kristen
Selain
ajaran iman Kristen, mungkin tidak ada ajaran lain yang begitu gencar diserang
sepanjang masa. Serangan-serangan tersebut seringkali begitu kejam dan penuh
penghinaan terhadap Kristus dan otoritas Alkitab. Banyak orang Kristen telah
terguncang hebat dan panik tatkala menghadapinya.
Untuk
dapat bertahan kita harus memahami inti dari setiap ajaran yang menyerang
kemurnian iman kita, karena akar dari ajaran seperti itu pada dasarnya adalah
kesalahpahaman dan pemutarbalikan firman Tuhan. Jelas, tulisan singkat ini
tidak mungkin menguraikan seluruh ajaran tersebut mengingat begitu banyak dan
bervariasinya mereka itu. Untuk itu dibutuhkan sebuah bidang studi khusus.
Tetapi kita perlu mengetahui beberapa ajaran yang sangat berbahaya, sekalipun
secara garis besarnya saja.
Ajaran-ajaran tersebut antara lain
relativisme, pluralisme, sinkretisme dan beberapa ajaran teologia yang
berkembang di Asia pada dewasa ini. Sebenarnya akar dari seluruh ajaran
tersebut adalah penolakan terhadap keunikan Kristus dan otoritas Alkitab.[1]
1.
Relativisme
Arti
istilah "relative" ditemukan dalam hubungan dan perbandingan antara
sesuatu dengan yang lain. Dengan demikian, segala klaim terhadap kemutlakan dan
keunikan dihapuskan. Relativisme menyangkal adanya kebenaran mutlak, maka semua
nilai mutlak pun ditolak dan kebenaran yang diterimanya adalah kebenaran dalam
batas relatif. Bagi penganut relativisme: nilai kebenaran sangat tergantung
kepada kebudayaan, lingkungan dan orang-orang di dalamnya. Sesuatu yang
dianggap benar dalam suatu kebudayaan atau lingkungan tertentu belum tentu
diterima benar dalam kebudayaan dan lingkungan yang lain. Iman Kristen menolak
relativisme, karena hal itu bertentangan dengan firman Tuhan. Di bidang
doktrin, Alkitab mengajarkan bahwa kebenaran mutlak hanyalah berasal dari
Allah, sebab hanya Dialah yang benar atau sumber kebenaran, maka standar
kebenaran pun hanya bisa ditentukan oleh Dia sendiri.[2]
2.
Pluralisme
Sama
halnya dengan relativisme, pluralisme pun menolak keras kebenaran mutlak.
Penganut falsafah atau pandangan ini sangat mengakui dan menerima adanya
berbagai ragam kebenaran. Aspirasi mereka bahkan lebih jauh dari usaha penganut
relativisme; mereka berupaya mempersatukan agama-agama agar kebenaran-kebenaran
yang beragam tersebut dapat saling mengisi dan melengkapi. Dalam konteks
Indonesia, ajaran semacam ini sangat relevan untuk diperhatikan dalam arti
diwaspadai mengingat negara kita memang memiliki keberagaman budaya dan
mengakui adanya beberapa aliran kepercayaan sebagai agama resmi. Bagi pemeluk
pluralisme keberagaman atau kemajemukan agama tersebut bisa dipandang sebagai
akar perpecahan, karena itu potensi perpecahan sebagai akibat perbedaan itu
harus dihilangkan dengan cara menolak serta menghapuskan keunikan dan
kemutlakan setiap ajaran atau pengakuan terhadap suatu realitas kebenaran.
Pluralisme mengajarkan suatu sikap dengan asumsi pandangan bahwa agama adalah
respons kebudayaan atau kesadaran akan adanya realitas ilahi. Setiap bangsa dan
masyarakat memang mempunyai cara yang berbeda untuk mengalami dan merefleksikan
kontak ilahi. Dalam upaya penyatuan itulah justru setiap agama budaya dapat
saling melengkapi.[3]
Iman
Kristen menolak pluralisme karena dua alasan. Pertama, iman Kristen tidak
mengenal istilah "realitas ilah" karena hal ini bertentangan dengan
kepribadian Allah. Kita tidak pernah dapat mempercayai bahwa manusia dengan
rasionya dapat mengenal Allah secara sempurna serta kemudian merefleksikannya
dalam bentuk agama-agama (1Kor 1:21). Kita dapat mengenal Allah hanya karena
Dia, dalam kasihNya, mau menyatakan diriNya terlebih dahulu kepada manusia.
Kedua, adanya dua sikap yang amat berbahaya di dalam pluralisme: kesatu, sikap
orang-orang yang secara memaksa berusaha melenyapkan perbedaan dengan
menyatukan nilai-nilai yang amat berbeda, padahal sikap inilah yang nantinya
justru menimbulkan perpecahan. Selain itu adalah sikap semau-maunya membiarkan
semua orang hidup menurut norma masing-masing (laissez faire). Sikap ini juga
berbahaya sebab tidak semua norma bisa bersesuaian satu dengan yang lain.
Pluralisme sepertinya ingin mempersiapkan "dunia globalisasi"
menempuh jalan sinkretisme demi kesatuan seluruh umat manusia.
3.
Sinkritisme
Sinkretisme
adalah suatu upaya untuk menyatukan agama-agama di seluruh dunia dengan harapan
terbentuknya satu agama untuk seluruh umat. Penganut sinkretisme tidak mengakui
adanya wahyu unik dalam agama-agama termasuk dalam agama Kristen. Mereka
berpendapat bahwa setiap pengakuan terhadap keunikan wahyu suatu agama hanya
akan memecahkan persatuan. Menurut keyakinan mereka, kebenaran dan ekspresi
kebenaran kurang memadai kalau hanya mengandalkan satu cara agama saja. Sebab
itu sinkretisme berpendapat adanya banyak cara dan jalan untuk menyadari
realita ilahi. Karena itu para penganutnya merasa perlu mempersatukan atau memadukan
semua "kebenaran" itu untuk menghasilkan sesuatu yang dapat dipegang
bersama. Kita juga menolak sinkretisme, karena sebenarnya ajaran ini hanyalah
merupakan lanjutan dari pluralisme keagamaan.[4]
Dari
luar Agama-agama
lain
2.
Praktik
Apologetika
Menonton video Apologetika
1 dan praktik apologetika
Menonton video Apologetika
2 dan praktik apologetika
Menonton video Apologetika
3 dan praktik apologetika
Menonton video Apologetika
4 dan praktik apologetika
Menonton video Apologetika
5 dan praktik apologetika
Menonton video Apologetika
6 dan praktik apologetika
Menonton video Apologetika
7 dan praktik apologetika
[1]Beberapa ajaran berbahaya
yang menyerang iman Kristen http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=346&res=jpz
[2] Relativisme. http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=347&res=jpz (Diakses tanggal, 25/12
2015)
[3] Pluralisme. http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=348&res=jpz (Diakses tanggal, 25/12
2015)
[4] SInkritisme. http://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=349&res=jpz (Diakses tanggal, 25/12
2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar