Selasa, 18 Oktober 2016

Teori Pelaksanaan Apologetika Kristen

BAB 2

Kompetensi Dasar 2
Mengidentifikasi Teori Pelaksanaan Apologetika Kristen

Menurut John M. Frame dan Edgar C. Powell, Apologetika dapat dilakukan dalam tiga bagian, yaitu:
1.      Apologetika sebagai pembuktian atau penunjukkan, dalam arti memaparkan dasar rasional bagi iman Kristen (IKor. 15:1-11);
Frame mengatakan bahwa dalam pelaksanaannya, ketiganya tidak berdiri sendiri. Kita tidak dapat melakukan yang satu tanpa melakukan yang lainnya. Selanjutnya Jhon M. Frame menjelaskan ketiga tahap pelaksanaan apologetika tersebut diatas dengan menyatakan bahwa  apologetika sebagai pembuktian menjelaskan tentang upaya dan metode untuk menyampaikan satu dasar yang rasional bagi iman Kristen, dan upaya untuk membuktikan kebenaran kekristenan.  Istilah lain yang dipakai oleh John M. Frame dalam menyebut apologetika sebagai pembuktian yaitu apologetika  pembuktian sebagai apologetika defensif. Yesus dan para Rasul sering memberikan bukti kepada mereka yang mempunyai kesulitan untuk mempercayai kebenaran Injil (Yoh. 14:11; 20; 24:31). 18) Apologetika itu dimaksudkan untuk menghahdapi ketidakpercayaan yang ada di dalam diri orang percaya.  Apologetika digunakan untuk menjelaskan eksistensi Allah dan kebenaran Injil, dan menyingkapkan kebenaran doktrin Alkitab dalam berbagai argumentasi
2.      Apologetika sebagai pertahanan atau pembelaan, artinya menjawab sanggahan-sanggahan orang tidak percaya terhadap iman Kristen (Flp. 1:7, 16)
Sedangkan apologetika sebagi pembelaan  menurut Frame, yaitu bahwa apologetika sebagai pembelaan adalah sebuah upaya untuk menjawab keberatan-keberatan dari ketidakpercayaan. Misalnya sejumlah tulisan Paulus yang menekankan apologetika sebagai suatu pembelaan. Apologetika semacam ini menekankan perihal apa yang dikatakan Alkitab tentang berbagai peristiwa dalam perspektif Alkitab.  Apologetika juga dapat dipahami sebagai penyerangan yaitu apologetika sebagai penyerangan digunakan untuk menyerang kebodohan dari (akibat dari) pikiran yang tidak percaya. (Maz. 14: 1 ; 1 Kor. 1:18 -2:16). 22) John M. Frame menyebut aspek apologetika ini sebagai apologetika Ofensif. Apologetika ofensif itu tidak hanya digunakan hanya sebagai pemberian jawab saja, tetapi juga bermakna satu serangan terhadap kepalsuan yang menyesatkan (2 Kor. 10:15). Hal ini penting, sebab sebuah kebodohan memang hams diserang, tetapi sebuah penyerangan yang arif dan bijak melalui sebuah argumentasi yang medidik. Pemikiran non Kristen adalah sebuah kebodohan, jadi tugas seorang apologis adalah untuk menyingkapkan kebodohan tersebut, seperti penyembahan berhala, ateisme. relativisme, humanisme, dan isme-isme yang lain. Apologetika menjelaskan tentang pembelaan atau memberi jawab terhadap satu doktrin, baik kritikan yang muncul dari dalam atau pun dari luar kekristenan.

3.      Apologetika sebagai Penyingkapan, yaitu menyingkapan kesalahan atau kesalah-pahaman dari pemikiran atau pemahaman orang tidak percaya terhadap kekristenan (Mzm. 14:1, IKor. 1:18-2:16).


















Tidak ada komentar:

Posting Komentar